Ibu
Embun masih menyelimuti suasana pagi itu. Seperti biasa perempuan
ini mengawali aktifitasnya di dapur. Demi sarapan pagi untuk semua anggota
keluarganya. Tanpa rasa lelah perempuan ini juga menyediakan segala keperluan
anak - anaknya untuk persiapan berangkat ke sekolah.
Sumber gambar: https://bhayangkari.or.id/ |
Begitu juga untuk suaminya yang mau berangkat menjemput rejeki
yang sudah Allah siapkan untuk siapa saja yang mau berusaha. Rasa lelah tidak
dihiraukannya. Karena kasih dan sayang sudah mendarah daging di hati lembutnya.
Pagi itu ia sudah berada dipintu depan rumahnya untuk melihat suami dan anak -
anaknya berangkat. Kelelahannya ia sembunyikan dibalik binar wajahnya. Ia tidak
ingin anak - anak dan suaminya tahu bahwa sebenarnya ia lelah.
Tidak ini saja yang ia lakukan. Boleh dikatakan semua pekerjaan
yang ada dirumah, ia lakukan sendiri. Tanpa ia minta upah pada anak - anak dan
suaminya.Hatinya begitu tulus. Yang ia harapkan hanya keluarga yang bahagia dan
harmonis. Dengan anak - anak yang soleh dan soleha. Anak yang sudah
dikandungnya selama 9 bulan. Engkau sering terbangun di malam hari demi
mengganti popok kami yang sudah basah dengan air kencing. Selalu menyuapi nasi
ketika perut kami lapar dan memberikan air ketika kami membutuhkannya.
Tak jarang engkau meneteskan air mata ketika kami sakit.
Perempuan itu adalah 'ibu'. Malaikat tanpa sayap begitu
sebutannya. Perempuan yang mulia yang berhati selembut kapas. Setiap desah
nafas dan kata - katanya adalah doa yang bisa menembus langit bahkan langsung
diijabah oleh Yang Maha Kuasa.
Ibu, sudah berapa banyak kata "ah" yang keluar dari mulut ini. entah berapa banyak tingkah yang melukai hatimu. setiap kesusahan kami adalah kesusahanmu. Kebahagiaan kami adalah kebahagiaanmu. Tetapi rasa sayang selalu engkau curahkan kepada kami melebihi segalanya. Maafkan kami ibu. kami tidak akan bisa membalas jasamu walapun dengan menukar nyawa kami. Dan sampai kapan pun.
Berlinang air mata ini dikala teringat waktu itu. Kini tiada lagi petuahmu. Tiada lagi tempat bercerita tentang hidup.Yang ada hanyalah seonggok batu nisan di seberang jalan sana. Karena kini engkau telah menghadapNYA. Ibu, betapa banyak tingkah dan ucapan yang telah melukaimu. Perempuan mulia yang Allah ciptakan untuk mengajarkan kasih dan sayang. Semoga Yang Maha Kuasa mengampuni segala dosamu dan menempatkanmu di sorgaNYA.
Ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, tersingkaplah segala kesalahan dan kelalaian yang pernah kita lakukan kepadanya...esai ini menghentak jiwa untuk selalu berbakti pada ibu...tulisan yang bagus
ReplyDelete