Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pelangi Pagi

Sayup-sayup kudengar salawat saat fajar, bersahutan dari masjid dan musala sekitar. Ya.. salawat sebagai penanda akan segera berkumandang azan subuh. Udara dingin kian terasa menusuk kalbu menyelimuti setiap alam mimpi. Aku serasa di khayangan sembari mencoba membuka mata. Kulihat suami dan kedua anakku masih terlelap dalam tidurnya. 
sumber gambar: anakcendekia.com

Dia permata hatiku. Bocah yang lucu dan menggemaskan. Posisi tidurnya yang saling berpelukan membuatku tersenyum. "Semoga abang dan adik jadi anak saleh salehah yang bahagia". Bisikku lirih sambil mencium ubun-ubun mereka.

Kubangunkan abi dengan suara lirih dan mesra. Aku khawatir saja jika suaraku membangunkan tidur pulas gadis kecilku yang masih berusia 2 tahun. Abi mulai mengerlingkan korneanya dan melihat sekeliling kamar kami yang masih gelap.  Kubilang "sudah subuh bi". Dia pun beranjak dari tempat tidur dan langsung ke kamar mandi.
Pandanganku kembali pada dua bocah kecilku. Kugeser tubuh anak lelakiku yang berumur 7 tahun, ke samping kiri. Kuusap kepalanya sambil kumendoa "assalamualaikum.. anak salehnya ummi bangun sayang.. sudah subuh.." tubuh kecilnya tak bergeming. Kutepuk-tepuk tubuhnya, berharap ia segera bangun. Tapi nampaknya belum membuahkan hasil. Dia hanya bergerak perlahan dan meracau. 

Abi yang sudah berwudu kembali ke kamar. Dia melihat usahaku membangunkan Zhafran belum berhasil. 

Ya.. Zhafran adalah nama anak lelaki kami. Abi pun menggendong Zhafran ke ruang tengah sambil membangunkannya. 
"Ayo bang, bangun.. sudah azan nanti terlambat loh.." kata abi.

Akhirnya dia bangun sambil merengek. 
"Maaf ya nak, sudah mengganggu mimpi indahnya. Tapi Abi dan ummi hanya ingin memberikan indahnya surga untukmu", kataku. 

Abi mengantarnya ke kamar mandi untuk mengambil air wudu. Sedangkan aku menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya ke masjid. Suara rengekannya mulai tak terdengar lagi. 

Aku menghampirinya dan membantu mengenakan baju koko. MaasyaAllah anak shalihku sudah semakin besar kukecup keningnya dan mengantar kepergiannya sampai pintu.

Aku bergegas berwudu dan melaksanakan salat subuh. Dalam setiap doa doaku kuselipkan nama kedua anakku. Kumohonkan pada Rabbku agar mereka selalu berada dijalan-Nya dengan menjadi anak-anak yang saleh dan salehah.  

Kudengar suara pintu terbuka "assalamualaikum.." kusambut salamnya "waalaikumsalam.." sambil menghampirinya. Zhafran mencium tanganku dan kubalas mencium keningnya sambil mengusap usap kepalanya. Lalu kucium tangan abi suami tercintaku. 

Kubiarkan abi yang kembali berkutat dengan laptopnya. Mungkin masih ada tugas kantor yang harus diselesaikannya. Kubuka lebar-lebar pintu rumah supaya sejuknya udara pagi menyeruak keseluruh ruangan. 

Kugandeng tangan kecil Zhafran kearah teras rumah.

"Murojaah yuk bang.." ajakku. Dia mengangguk tanda setuju. Kuambil Al Qur'an juz 30 di lemari buku, lalu beranjak menghampiri Zhafran.

 "Abang mau murojaah apa?" tanyaku padanya. 
"Kata ustadzah disuruh murojaah 1 juz sekali duduk" jawabnya padaku.
 "Oke" langsung ku iyakan saja sambil tersenyum. 

Jarang jarang Zhafran mau murojaah 1 juz sekali duduk. Biasanya 1/4 juz paling lama 1/2 juz itu sudah langsung lambaikan tangan.. heeee..

Kami duduk di teras rumah sambil menghirup udara pagi yang sejuk. Ia mulai murojaah dari surah An-Naba. Aku menyimak dengan membaca Al Qur'an yang kubawa. Maklum aku bukan seorang hafizah atau guru agama yang hafal Al Qur'an.

Memang, mengajiku tak sebaik anakku. Tapi aku harus membersamainya belajar karena itu memang tanggung jawabku. Ku tau ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sejujurnya diri ini malu karena tak bisa memberikan ilmu terbaik sebagai bekal mengarungi samudra kehidupan.

Beberapa surah telah dibacanya. Posisi duduknya pun mulai tak terarah. Terkadang duduk tegak, tak jarang miring miring tidak jelas. Posisi tidur pun sudah dilakoninya. Ia mulai merengek tanda sudah lelah.

Kukatakan untuk berhenti dulu tapi ia tak mau. Ia tetap ingin melanjutkan murojaah 1 juz sekali duduk. Kurasa ia sedang kesal karena ingin cepat selesai. Akhirnya tidak fokus dan malah membuat lupa beberapa ayat. Matanya mulai berkaca kaca dan suaranya pun mulai parau. Aku kembali menyarankan berhenti murojaah tapi ia tetap kekeh menolaknya. 

"Biasanya hafal, ini kok salah-salah terus sih.." katanya dengan lantang. Sejujurnya aku mulai lelah dengan pola tingkahnya.

Kutatap lekat wajahnya. Ya Allah kulihat kegigihan disana. Maafkan ummi ya nak tak bisa membuatmu nyaman. Kucoba menenangkannya. Kuraih bahunya dan kudekap dengan erat. 

"Kalau Abang mau murojaah tenangkan dulu hatinya biar bisa fokus" sambil kuusap usap punggungnya. Ia mengangguk tanda setuju.

Ia mulai murojaah sambil bersandar di pangkuanku. Alhamdulillah 1 juz telah dibacanya dengan lancar. 

Ku cium pipinya sambil berkata "MaasyaAllah pintarnya anak shalihnya ummi.." ia pun tersenyum padaku. Tiba-tiba gadis kecilku muncul sambil memanggilku.
"Ummi.. ummi..". "MaasyaAllah saleh sudah bangun, assalamualaikum shalihah.. " kusapa si kecil sambil tersenyum. 

Kuangkat dan kududukkan di pangkuanku. Kutatap dua malaikat kecilku. Wajah-wajah kecilnya bagai semburat cahaya pelangi di pagi hari. Alhamdulillah atas segala nikmat yang telah engkau limpahkan pada keluargaku Ya Rob. Lindungilah kami, tuntunlah kami ke jalan menuju jannahMu. Amin..


Post a Comment for "Pelangi Pagi"