Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Syukur

Pagi ini tak tampak seperti biasanya. Setelah sekian lama, mentari tidak menampakkan wajah karena mendung menyelimutinya. Cerah, secerah bunga matahari yang bermekaran di taman. Kupu-kupu hinggap menghisap madu sebagai bekal hidup hari ini. Seperti biasa saya melangkahkan kaki menuju tempat mencari nafkah. 

sumber gambar: https://www.nasehatquran.com/

Guru adalah profesi saya. Profesi yang mulia, insyaAllah. Dalam perjalanan ditemani angin sepoi-sepoi menyapa. Diri ini tertunduk malu pada Yang Maha Pemilik jagat. Mengingat betapa besar anugerah yang selalu dilimpahkan-Nya. Begitu sombongnya diri ini. Karena atas karunia-Nyalah saya bisa seperti ini. Tak terasa kaki menginjak kerikil tajam. Membuyarkan lamunan,  bahwa saya sekarang dalam perjalanan menuju tempat kerja. 

Setibanya di tempat kerja, anak-anak menyambut dengan wajah riang gembira. Wajah-wajah polos tanpa dosa. Bel tanda masuk berbunyi. Anak-anak pun berhamburan untuk  masuk kelas. Seperti biasa, kegiatan di kelas dimulai dan diakhiri dengan doa. Mereka pun mulai belajar seperti biasanya. Di sela-sela saya memberikan tugas, saya berpikir bagaimana kehidupan mereka kelak kalau sudah dewasa. Berpikir panjang. Sampai akhirnya salah satu di antara mereka ada yang angkat tangan memberitahukan kalau tugasnya telah selesai. 

Tibalah saatnya bel pulang berbunyi. Anak-anak dengan riangnya berucap "hore pulang". Kelas kembali sepi karena malaikat - malaikat kecil tadi sudah dijemput mama dan papanya diluar. Saya melihat dari jendela, langit masih cerah, secerah tadi pagi. Begitu hangatnya suasana siang ini. Azan dhuhur sudah berkumandang tadi ketika anak-anak masih dikelas. Akhirnya saya bergegas untuk sholat. Sambil menunggu jam pulang kerja, saya mengerjakan tugas-tugas yang belum selesai. 

Ya Allah, Ya Robbi. Begitu indahnya hidup saya. Allah sudah memudahkan proses demi proses dalam kehidupan saya. Mencapai impian profesi ini juga adalah salah satu dari anugerah yang Allah berikan. Sementara di luar sana masih banyak yang mengejar impian mereka. Tetapi diri ini masih saja belum bersyukur sepenuhnya. 

Dosa masih menghiggapi hati ini. Dosa kepada orang tua, suami, anak - anak, teman dan sahabat serta orang-orang sekitar.  Rasa syukur seolah-olah muncul, hilang kemudian  tenggelam. Kebaikan orang-orang tercinta kadang terabaikan. Tak terasa tetes air mata berlinang. Hanya allah yang akan mengetuk hati ini dengan hidayahNYA. Agar senantiasa rasa syukur selalu melekat pada jiwa raga ini. 

Syukur. Satu kata, lima huruf ini adalah kata yang sangat bermakna. Karena dengan rasa syukur kita selalu bisa melihat indah anugerah-Nya. Dengan rasa syukur ini kita bisa terhempas dari hati yang keruh, Prasangka yang buruk serta selalu ingin mendekatkan diri pada-Nya. Terimakasih ya Allah, semoga engkau selalu menghadirkan rasa Syukur ini pada seorang hamba yang penuh dosa ini. 

Post a Comment for "Syukur"