Tragedi II: Kobaran Api Unggun
Tragedi II: Kobaran Api Unggun
oleh: Zenithpedia
Sumber gambar ilustrasi: superlive.id |
Kali ini, saya berapada pada episode hidup yang menegangkan.
Sekitar tahun 2017, merupakan tahun yang berat bagi saya, sebagai guru. Berat
bukan karena masalah antara saya dengan murid ataupun masalah dengan guru-guru
yang ada di sekolah. Berat, karena ada musibah yang menimpa kami, terutama saya
yang diberi tanggung jawab dalam mengadakan kegiatan perkemahan
Jumat-Sabtu-Minggu atau yang biasa disebut Perjusami.
Awalnya kami menyusun program sekolah,
terutama untuk aktivitas Pramuka. Disepakati pada bulan November sebelum ujian akhir
semester tiba, akan diadakan program kemah pramuka untuk anak-anak. Perkemahan
tersebut akan berlangsung pada hari Jumat-Sabtu-Minggu (Perjusami).
Ketika awal bulan November tahun itu, kami
mengadakan rapat membahas teknis pelaksanaan kemah pramuka. Bahkan jauh sebelum
diadakan rapat, kami sudah memesan tenda besar dengan kapasitas lebih 20 orang
untuk persiapan program perkemahan tersebut. Dalam rapat, kami bersepakat akan
mengadakan kemah untuk seluruh siswa-siswi terpadu. Saya dan seorang ibu guru di dapuk untuk
menjadi ketua dan sekretaris.
Sebenarnya saya tidak terlalu punya
keahlian dalam bidang Pramuka. Karena sedari SD saya tidak terlalu aktif berlatih
pramuka. Bahkan dapat dikatakan tidak pernah mengikuti kegiatan pramuka,
kecuali 1 kali saja kemah di daerah tempat tinggal saya. Itupun sebagai koki
dari teman-teman waktu SD.
Meskipun begitu saya masih diberikan
kesempatan oleh sekolah untuk mengikuti kursus mahir dasar (KMD) bahkan sampai
kursus mahir lanjutan (KML) tingkat provinsi. Berbekal pengetahuan dan
keterampilan minim yang saya dapatkan waktu KMD da KML. Itupun karena dorongan
teman. Saya berusaha semaksimal mungkin memenuhi tanggungjawab saya untuk
menyelesaikan program perkemahan ini dengan baik.
Pertengahan November 2017, kami sibuk
mempersiapkan tempat perkemahan, tempat pembuangan air kecil sekaligus tempat
mandi siswa. Kami mendirikan pos jaga dibantu oleh siswa yang kami tunjuk untuk
membantu panitia. Hal yang paling membuat saya takjub ketika bekerja dengan
rekan-rekan guru dan siswa selama mengabdi di SD-SMP Negeri tersebut adalah
mereka sangat kompak dan totalitas dalam bekerja. Mereka mampu menyelesaikan
kegiatan dengan penuh semangat. Demikian juga hal tersebut berlaku dengan
kegiatan Perjusami.
Sebelum H-1 seluruh persiapan sudah
selesai semua. Keyakinan kami, Perjusami kali ini akan berjalan dengan lancar.
Jauh lebih lancar dari acara Perjusami sebelumnya. Maklum, acara Perjusami sebelumnya
sudah ada kejadian kerasukan massal, sehingga menyebabkan acara terhenti
sebelum selesai.
Pada hari H, Kepala sekolah membuka Perjusami.
Pelaksanaan Perjusami ditempatkan di halaman sekolah. Betapa bahagia saya
melihat para guru, siswa dan Satgas Pramuka Kabupaten antusias untuk mengikuti
kegiatan Perjusami. Mereka bersorak bergembira menyambut kegiatan yang sudah
lebih satu tahun vakum. Setelah upacara selesai, peserta Perjusami dibagi
menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompom diharuskan untuk mengikuti setiap
lomba yang diadakan oleh panitia.
Ada beberapa lomba yang diadakan oleh
panitia antara lain: lomba yel-yel kelompok, lomba masakan tradisional, lomba
membuat gerbang tenda yang unik, bernyanyi, dan cerdas cermat tentang
kepramukaan. Di samping itu juga ada jelajah dan api unggun.
Hari pertama kita lewati tanpa hambatan.
Sedari pagi para siswa sudah bangun untuk melaksanakan ibadah pagi; ada yang
sholat, ibadah pagi bagi yang Kristen dan Katholik dan juga Hindu. Ketika malam
biasanya kami mengadakan refleksi sebentar untuk kegiatan yang telah kita
lalui.
Hari kedua, mulai dari pagi hujan turun sampai
menjelang malam. Namun kegiatan lomba-lomba tetap kita laksanakan. Sebagian panitia
dan Satgas mencari kayu untuk kegiatan api unggun. Menjelang magrib, persiapan
kayu untuk api unggun telah selesai. Namun yang menjadi persoalan, kayu yang
akan digunakan untuk api unggun masih sangat basah. Sehingga beberapa anak dan
Satgas berinisiatif membeli minyak tanah dan bensin.
Pada kegiatan upacara api unggun kami
mengundang Ketua Kwarcab Kabupaten yang nantinya akan bertindak sebagai Pembina
upacara. Ketika akan dimulai penyalaan obor dasa dharma, minyak tanah
dituangkan ke kayu, namun ada salah satu siswa yang memegang bensin ikut
menuangkan juga. Sebelumnya sudah diperintahkan agar menuangkan bensin sedikit.
Namun bensin yang 5 liter dituangkan semua oleh siswa tersebut. Setelah obor
dasa dharma mulai menyala, perlahan mereka berjalan mendekati titik kayu api
unggun.
Setelah itu mereka mereka memasukkan
obor ke dalam kayu terdengar suara “bheekk!!”
seperti suara letusan yang begitu
cepat. Seketika itu juga peserta pembawa obor berteriak histeris. Mereka
berhamburan ke sana-ke mari lantaran api yang menyulut sebagian tubuh dan wajah
mereka. Semua panik. Saya sendiri lansung meloncat untuk menolong peserta
pembawa obor tersebut. Tanpa berpikir panjang, saya minta tolong guru-guru yang
lain untuk memanggil ambulance agar membawa peserta ke rumah sakit. Setelah
diidentifikasi ada 9 anak yang terpapar kobaran api.
Bersambung ...
“
Mantap Pak
ReplyDelete