Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Terpaksa Mengikuti Pelatihan

By. Ira Mega Maharani
Setelah rapat sekolah pak Ali bercerita tentang pelatihan menulis yang akan diadakan di kelasku. Pelatihan gratis yang biasanya membuat orang-orang berbondong bondong mengikuti tak mampu membuatku yang berprofesi sebagai guru tergiur.

Keinginan menulis itu memang besar tapi entah kapan aku bisa memulainya kembali. Terlalu banyak alasan klise yang menjadi andalanku. Mulai dari tak bisa menulis, anak yang masih kecil, waktu yang seakan habis entah untuk apa dan lain sebagainya.

Aku masuk grup WA pelatihan menulis hanya karena ada teman yang juga akan ikut pelatihan. Tapi hati ini belum sepenuhnya ikhlas mengikuti pelatihan tersebut. Apalagi ternyata teman-teman tidak jadi mengikuti pelatihan itu. Rasa was was mulai menggelayuti. Berbagai pertanyaan mulai muncul dibenak ini.

Bagaimana suasana pelatihan nanti? Apakah teman-teman disana akan menyambutku dengan senang hati? Aku tidak bisa menulis, sedangkan mereka pasti punya bakat menulis yang luar biasa. Ah entahlah.. aku harus datang atau tidak.

Hujan deras membuatku semakin yakin untuk tak hadir ke pelatihan. Tapi hati kecil ini terusik karena masih ada serpihan keinginan untuk menulis. Ah.. andaikan suami ada di rumah pasti aku akan bercerita dan berkeluh kesah padanya. Sayang beliau sedang berada diperjalanan di luar kota. Ingin rasanya kutelpon dan bertanya pendapatnya tapi aku tak ingin menganggu perjalanannya. 

Azan ashar berkumandang. Anak lelakiku yang masih sekolah dasar bersiap untuk ke masjid. Gadis kecilku yang selalu heboh ingin ikut ke masjid pun mulai sibuk dengan celotehannya. MaasyaAllah abang dan adik yang selalu menyejukkan hati ini mampu membuatku tersenyum diantara kegelisahan.

Rintik rintik hujan mulai berhenti membasahi  bumi. Kulihat grup WA pelatihan. Sang mentor menyampaikan kalau hujan telah reda. Ya Allah sanggupkah aku mengabaikan orang sebaik beliau yang masih mau menunggu orang lain untuk menimba ilmu padanya tanpa bayaran sepeser pun. Akhirnya ku ambil air wudhu dan melaksanakan salat Asar. Kumantapkan niatku untuk pergi ke pelatihan.

Kulangkahkan kakiku menuju tempat pelatihan yang tak jauh dari rumah. Sengaja aku berjalan kaki untuk menyakinkan diri bahwa pilihanku tepat. Sambil kutelpon seorang teman yang namanya ada digrup WA pelatihan. 

Setelah kami berbincang sejenak ternyata tak sepenuhnya sesuai harapan. Rupanya dia juga bimbang sama sepertiku. Dengan alasan tidak memiliki laptop dia tak enak hati untuk mengikuti pelatihan. Kucoba meyakinkannya untuk tetap hadir, tentu saja agar aku memiliki teman disana. Tapi tak hanya it. Sebab aku tahu dia punya bakat menulis yang luar biasa. Aku sering membaca status WAnya yang penuh kata-kata puitis. Puisi guru karyanya pun sangat menyentuh hati.

Akhirnya sampailah aku di tempat pelatihan. Ku ucapkan salam dan memasuki ruangan. Kulihat ada beberapa bapak-bapak yang sedang duduk disana membalas salamku disertai senyuman. Alhamdulillah ternyata suasana kelas tidak menegangkan seperti kekhawatiranku. 

Kusampaikan pada mentor jika temanku tak enak hati hadir ke pelatihan karena tak memiliki laptop. Dan ternyata jawaban sang mentor melegakanku, ia mengizinkan temanku untuk hadir tanpa membawa laptop. Kutelpon dan kusampaikan pesan mentor pada temanku. Dan dia menyambutnya dengan gembira. Tak berapa lama perserta pelatihan yang lain mulai berdatangan.

Pelatihan menulis pun dimulai dengan suasana yang santai. Mentor menayangkan video-video motivasi yang seakan membuatku berkaca pada diri sendiri.

Ya.. itulah aku orang yang tak berani bergerak.. yang selalu terkungkung oleh ketakutan. Setelah diskusi yang kami lakukan aku yakin dan membulatkan tekat bahwa aku bisa menulis dan harus menulis.

Sepintas kulihat teman-teman pelatihan menulis ini, sepertinya mereka orang-orang hebat. Dan ternyata memang benar mereka adalah para pengajar praktik calon guru penggerak dan kepala sekolah. 

Ya Allah apalah diri ini yang hanya remahan rengginang. Aku hanya seorang guru SD kelas 2 tanpa prestasi apapun. Akhirnya teman yg tadi ku telpon datang juga.
 Alhamdulillah hati ini merasa lega karena ada teman yang ku kenal. Semoga kami bisa sama-sama berkarya. 

1 comment for "Terpaksa Mengikuti Pelatihan"

  1. Semangat yang luar bias dan tulisan yg luwes, saya pengen bisa nulis seperti ini.

    ReplyDelete

Komentar/ informasi anda sangat kami butuhkan