Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendekatan Modeling dalam KBM



Berbagi Pengetahuan: Teknik  Modeling 
Ali Harsojo, M.Pd.
Guru Pajagalan 2 Kecamatan Kota Sumenep 


1.      Pendahuluan

Modeling merupakan salah satu teknik interaksi PBM yang dikembangkan oleh Albert Bandura yang berakar dari teori belajar sosial (sosial lerning). Menurut Bandura (dalam Corey, 2007:221) teknik modeling merupakan observasi permodelan, mengobservasi seseorang lainnya sehingga seseorang tersebut membentuk ide dan tingkah laku, kemudian dijelaskan sebagai panduan untuk bertindak. Bandura juga menegaskan bahwa modeling merupakan konsekuensi perilaku meniru orang lain dari pengalaman baik pengalaman langsung maupun tidak langsun, sehingga reaksi-reaksi emosional dan rasa takut seseorang  dapat dihapuskan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Cornier-cornier dalam Abimanyu (1996:256) mengartikan modeling sebagai prosedur dimana seseorang dapat belajar melalui mengobservasi tingkah laku orang lain, sebagai strategi terapi untuk membantu siswa  memperoleh respon atau mnghilangkan rasa takut.Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku baru pada siswa  dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini guru  menunjukkan kepada siswa  tentang perilaku model. Guru  dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau model lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hrndak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari guru . Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

2.      Pengertian Modeling
Modeling adalah suatu teknik dimana seseorang dapat belajar dengan mengobservasi tingkah laku orang lain. Dalam beberapa hal, modeling digunakan sebagai strategi terapi untuk membantu siswa  memperoleh respon atau menghilangkan rasa takut.
Dalam kasus lain, modeling adalah suatu komponen dari suatu strategi guru  mendemonstrasikan tentang tingkah laku yang menjadi tujuan. Model dapat langsung atau dapat pula simbolis. Model langsung adalah orang, yaitu guru , guru, dan teman sebaya. Seperti yang dikemukakan oleh Nye 1973 (Cormier & Cormier, 1985) guru  bias menjadi model langsung dengan mendemonstrasikan tingkah laku yang dikehendaki untuk siswa  menirunya. Model simbolis dapat disediakn melalui  buku pedoman, film, rekaman audio dan video, rekaman slide, atau foto.
Menurut Bandura (1986), yang dimaksud strategi modeling adalah suatu strategi dalam interaksi PBM yang menggunakan proses belajar melalui pengamatan terhadap model dan perubahan perilaku yang terjadi karena peniruan. Menurut Nelson (1995), strategi modeling merupakan strategi pengubahan perilaku melalui pengamatan perilaku model. Peri dan Furukawa (dalam Cormier, 1985) mendefinisikan modeling sebagai proses belajar observasi, dimana perilaku individu atau kelompok, para model, bertindak sebagai suatu perangsang gagasan, sikap, atau perilaku pada orang lain yang mengobservasi penampilan model.
Pengaruh dari peniruan terhadap model menurut Bandura (dalam Gunarsa, 2001) ada tiga hal yaitu (1) pengambilan respon atau keterampilan baru dan memperlihatkan dalam perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh dari pengamatannya dengan pola perilaku yang baru, (2) hilangnya  respon takut setelah melihat model melakukan sesuatu yang oleh si pengamat menimbulkan perasaan takut, namun pada tokoh yang dilihatnya tidak berakibat apa-apa atau akibatnya bahkan positif, (3) pengambilan sesuatu respon dari respon-respon yang diperlihatkan oleh tokoh yang memberi jalan untuk ditiru.
Perilaku model digunakan untuk: (1) membentuk perilaku baru pada siswa , (2) memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini guru  menunjukkan kepada siswa  tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup, atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari guru . 
Modeling dapat juga dilakukan dengan meminta siswa  untuk mengimajinasikan seseorang melakukan tingkah laku yang menjadi target.

3.      Tujuan Modeling
Teknik modeling dapat digunakan untuk mengatasi berbagai kecemasan dan rasa takut seperti phobia, kecemasan dengan serangan-serangan panik, dan obsessive compulsive.
Teknik modeling dapat digunakan membantu siswa  untuk:
a         Memperoleh perilaku baru melalui model hidup maupun model simbolis
b        Menampilkan perilaku yang sudah diperoleh dengan cara yang tepat atau pada saat yang diharapkan
c         Mengurangi rasa takut dan cemas
d        Memperoleh keterampilan sosial
e         Mengubah perilaku verbal, dan mengobati kecanduan narkoba

4.      Manfaat Modeling
Teknik modeling ini mempunyai beberapa manfaat diantaranya:
a.    Mendapat responsi atau keterampilan baru. 
b.    Mencegah datangnya responsi rasa takut.
c.    Memberikan fasilitas dari respons dimana seorang model memberikan isyarat kepada orang lain untuk meniru.

5.      Tipe atau Macam Modeling
1)      Modeling Langsung/Modeling yang Nyata
Modeling langsung merupakan prosedur yang digunakan untuk mengajarkan tingkah laku yang hendaknya dimiliki siswa  melalui contoh langsung dari guru  sendiri, guru, atau teman sebaya.
Modeling yang nyata (live model), contohnya guru  yang dijadikan sebagai model oleh siswa nya, atau guru, anggota keluarga atau tokoh lain yang dikagumi.
Dalam modeling langsung ini pemberian contoh umumnya ditampilkan dalam 2 cara yaitu:
·   Guru  sendiri bertindak sebagai model. Pertama-tama guru  hendaknya berperan secara terbalik yaitu sebagai siswa , sebaliknya siswa  berperan sebagai orang lain dalam lingkungan siswa  serealistis mungkin. Dengan cara ini siswa  dapat belajar (menirukan) tingkah laku model yang hampir sama dengan lingkungan siswa  sebenarnya. Namun perlu diingat bahwa dalam modeling langsung ini model adalah saran, bukan keputusan bagi siswa . Guru  hendaknya meminta siswa  untuk mengadaptasi model tersebut sesuai dengan gayanya sendiri.
·   Seorang kawan dari siswa  bertindak sebagai model dalam kehidupan sosial siswa  sehari-hari.
Langkah-langkah melaksanakan interaksi PBM dengan menggunakan teknik modeling langsung adalah:
a)      Memerintah siswa  untuk memainkan tentang apa yang harus ia pelajari sebelum model didemonstrasikan. Yaitu guru  menyuruh  /memberi perintah pada siswa  untuk mempelajari tingkah laku/sikap model sebelum siswa  memerankan /mendemonstrasikan pada modeling langsung.
b)      Memilih suatu model yang serupa dengan siswa  dan siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan dalam bentuk tiruan.Maksudnya adalah memilih seorang kawan (dari siswa ) yang memiliki kesamaan sikap dan perilaku seperti siswa , untuk bertindak sebagai model dalam kehidupan siswa  sehari-hari.
c)      Menyajikan demonstrasi model itu dalam suatu urutan skenario yang memperkecil stress bagi siswa .
d)     Meminta siswa  untuk menyimpulkan apa yang ia lihat setelah demontrasi itu.

2)      Modeling Simbolis
Modeling simbolis adalah strategi yang digunakan untuk mempelajari respon baru atau menghilangkan rasa takut di mana modelnya disajikan melalui media tertulis, audio, atau video tape, film, atau rekaman slide.
Modeling simbolis (symbolic model), adalah tokoh yang dilihat melalui film, video, atau media lain. Contoh, seseorang penderita neurosis yang melihat tokoh dalam film dapat mengatasi masalahnya dan kemudian ditirunya.
Suatu model simbolis dapat mengajarkan siswa  tingkah laku yang sesuai, mempengaruhi sikap dan nilai-nilai, dan mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial melalui simbol atau gambar dari benda aslinya dan dipertunjukkan pada siswa  melalui alat-alat perekam seperti tersebut di atas.
Dalam modeling simbolis, model disajikan melalui bahan-bahan tertulis, audio, video, film, atau slide. Modeling simbolis dapat disusun untuk siswa  individu atau dapat distandarisasikan untuk kelompok siswa .
Dalam mengembangkan modeling simbolis harus mempertimbangkan unsur-unsur berikut; karakteristik siswa , perilaku tujuan yang akan didemonstrasikan/dimodelkan, sarana yang digunakan, isi tulisan, dan pengujian model.
Lima langkah pengembangan model simbolis yaitu:
a)        Pertimbangan awal dalam mengembangkan model simbolis ialah menentukan karakteristik orang-orang yang akan menggunakan model yang didesain/menentukan sifat-sifat konselee. Misalnya, jenis kelamin, budaya, jenis masalah yang dihadapi dan sebagainya. Sifat-sifat dari model simbolis hendaknya sama dengan  orang –orang yang akan menggunakan prosedur ini. Contohnya Paterson dan Shigetomi (1981) mempertunjukkan sebuah film yang berjudul, Operasi Etahan, yang menunjukkan anak laki-laki kulit putih yang berusia 7 tahun sebagai model dan juga anak laki-laki dari ras Kaukasia yang berusia 8 tahun sebagai model bagi anak-anak yang sakit gigi. Contoh lain Reeder dan Kunce (dalam Cormier, 1985) menggunakan pasien-pasien lama sebagai model simbolis untuk mengatasi kecanduan narkoba.
b)      Perilaku tujuan yang akan dimodelkan harus ditetapkan terlebih dahulu oleh guru . Tingkah laku-tingkah laku tujuan yang menjadi model hendaknya dispesifikasi. Guru  dapat mengembangkan seri-seri model simbolis untuk memusatkan pada tingkah laku-tingkah laku yang berbeda. Apakah satu model atau serangkaian model bisa dikembangkan, guru  harus menyusun 3 pertanyaan yaitu; perilaku-perilaku apa yang akan dimodelkan? Apakah perilaku atau aktivitas itu harus terbagi dalam urutan kemampuan dari yang kurang komplek ke yang kompleks? Bagaimana seharusnya kemampuan diatur? Gresman dan Nagle (1980) menggunakan anak perempuan berusia 9 tahun dan anak laki-laki berusia 10 tahun sebagai model video tape yang memperlihatkan kemampuan sosial seperti partisipasi, kerjasama, komunikasi, persahabatan, memulai dan menerima secara positif interaksi dengan teman sebaya. Ahli lain, Sarason & Sarason (1981) menggunakan model yang memperlihatkan kemampuan sosial dan kemampuan kognitif untuk situasi-situasi: interview pekerjaan, melawan tekanan teman sebaya, bertanya di kelas, bergaul secara baik dengan atasan, mengurangi konflik. 
c)      Pemilihan Media.
Media merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menampilkan model. Media ini dapat berupa media tulis seperti buku dan komik serta media audio dan video. Pemilihan media ini tergantung pada tempat (lokasi), dengan siapa dan bagaimana, modeling simbolis akan digunakan. Masing-masing media memiliki kelebihan dan kelemahan.
Hal ini tergantung pada di mana, dengan siapa, dan bagaimana model simbolis itu akan digunakan.
d)     Isi dan Persentasi.
Dengan ini guru  mengembangkan suatu skrip untuk merefleksikan isi modeling yang disajikan. Skrip tersebut meliputi, instruksi, modeling, latihan, balikan, dan ringkasan.
Bagaimanapun bentuk media yang digunakan, guru  tetap harus menyusun naskah yang menggambarkan isi tampilan/presentasi modeling. Naskah tersebut harus memuat lima hal yaitu: instruksi, modeling, praktik, umpan balik, dan ringkasan.
·         Instruksi
Instruksi harus dicantumkan bagi setiap perilaku atau rangkaian perilaku yang ditampilkan. Instruksi yang singkat dan jelas akan membantu siswa  yang mengenali komponen-komponen yang akn ditiru. Instruksi memudahkan perhatian pada model. Instruksi juga dapat menggambarkan tipe dan model yang diperankan, seperti: “orang yang akan anda lihat atau anda dengar serupa dengan dirimu”.


·         Modeling
Bagian selanjutnya dari naskah harus memuat gambaran tentang perilaku atau aktivitas yang dimodelkan, dan dialog-dialog model perlu diikutsertakan dalam perilaku atau aktivitas tersebut. Bagian naskah ini harus menyajikan pola-pola perilaku secara terencana dan berurutan.
·         Praktik
Pengaruh modeling kemungkinan menjadi lebih besar saat penampilan model diikuti oleh kesempatan untuk praktik. Dalam modeling simbolis, harus ada kesempatan bagi siswa  untuk mempraktikkan apa yang telah mereka baca, dengar, atau lihat pada peragaan model.
·         Umpan balik
Setelah siswa  mempraktikkan dalam waktu yang cukup memadai, maka umpan balik perlu dberikan. Siswa  harus dilatih untuk mengulangi modeling dan mempraktikkan kembali perilaku yang dirasakan sulit.
·         Ringkasan
Naskah harus memuat ringkasan tentang apa yang dimodelkan dan pentingnya siswa  memperoleh perilaku-perilaku tersebut.
e)      Testing lapangan dari model tersebut/uji coba.
 Yaitu guru  melakukan tes lapangan skrip dengan beberapa orang atau teman dari konselee. Alangkah baiknya apabila modeling simbolis yang telah disusun dilakukan uji coba. Uji coba ini untuk memperbaiki dan menyempurnakan model simbolis yang telah disusun.  Uji coba ini dapat dilakukan pada teman sejawat atau pada kelompok sasaran. Beberapa hal yang akan diuji coba, meliputi: penggunaan bahasa, urutan perilaku, model, waktu praktik dan umpan balik.


3)      Modeling Diri-Sendiri
Diri sendiri sebagai model adalah strategi yang digunakan untuk mempelajari respon baru atau rasa takut dengan menggunakan siswa  sendiri sebagai model.
Menurut Hosford dan Visser (dalam Cormier, 1985) yang dimaksud dengan diri sendiri sebagai model adalah suatu prosedur dimana siswa  melihat dirinya sebagai model dengan cara menampilkan perilaku tujuan yang diharapkan. Siswa  mempraktikkan perilaku kemudian direkam. Praktik yang berhasil diberi penguat dan yang salah diperbaiki. Prosedur ini tidak hanya melibatkan modeling tetapi juga praktik dan umpan balik.
Mengapa siswa  bertindak sebagai model? Beberapa penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa:
-        Karakteristik model seperti prestise, status, umur, jenis kelamin, dan etnis mempunyai pengaruh yang berbeda pada siswa  (Bandura, 1969: 1971).
-        Bagi beberapa orang, mengamati orang lain – bahkan dengan seseorang yang memiliki karakteristik serupa – menimbulkan reaksi negatif (McDonald, 1973).
-        Beberapa orang dapat mengikuti dan memperhatikan secara lebih baik saat melihat atau mendengarkan diri mereka sendiri ditape atau dikamera. (Hosford, Moss & Morrell, 1976).
Modeling diri-sendiri sebagai prosedur di mana siswa  melihat dirinya sendiri sebagai model yaitu melakukan tingkah laku yang menjadi tujuan yang diinginkan. Siswa  berlatih menggunakan tape. Latihan yang sukses diberi hadiah dan kesalahan dikoreksi. Dengan demikian dalam prosedur ini terdapat bukan saja modeling tetapi juga latihan dan umpan balik.
Langkah-langkah pelaksanaan modeling diri sendiri, meliputi lima langkah:
a)      Rasional tentang penggunaan strategi. Setelah guru  dan konselee mengetahui tingkah laku yang bermasalah dan tingkah laku yang menjadi tujuan interaksi PBM, maka guru  menjelaskan mengapa ia memilih prosedur diri sendiri sebagai model kepada siswa . 
b)      Perekaman tingkah laku yang diinginkan dalam tape
c)      Mengedit tape. Dengan ini konselee hanya akan mendengar atau melihat tingkah laku yang layak dan menghilangkan tingkah laku yang tidak baik.
d)     Mendemonstrasikan dengan menggunakan tape yang telah diedit.
e)      Pekerjaan rumah: observasi diri siswa  sendiri dan latihan

4)      Modeling Partisipan
Modeling partisipan berasumsi bahwa unjuk kerja seseorang yang sukses adalah alat yang efektif untuk menghasilkan perubahan. Modeling partisipan adalah satu cara yang efektif untuk menyediakan testing kenyataan yang cepat, yang menyediakan pengalaman korektif bagi perubahan.
Modeling partisipan terdiri dari demonstrasi model, praktik terbimbing, dan pengalaman-pengalaman yang berhasil (Bandura, 1976). Modeling partisipan berasumsi bahwa penampilan seseorang yang berhasil merupakan cara yang efektif menghasilkan perubahan.
Bandura, Jeffrey, dan Gadjos (1975) menunjukkan bahwa modeling partisipan merupakan cara yang efektif untuk mengadakan ”uji realitas yang cepat, yang memberikan pengalaman korektif untuk berubah”. Dengan menampilkan tanggapan-tanggapan yang dulu terasa sulit dan menakutkan, kemungkinan besar seseorang dapat mencapai perubahan-perubahan dalam perilaku. Misalnya Etringer, Cash & Rimm (1982), menemukan bahwa modeling partisipan mempercepat level perubahan terhadap perilaku, sikap dalam rangsangan yang mengkhawatirkan; Ladouceur (1983) menunjukkan bahwa modeling partisipan dan verbalisasi diri (berpikir keras) dapat mengurangi fobia terhadap kucing dan anjing pada orang dewasa. Modeling partisipan juga dapat digunakan untuk mengurangi perasaan dan perilaku menghindar pada diri seseorang yang dikaitkan dengan aktivitas atau situasi yang mengkhawatirkan (Bandura, dkk, 1969, 1975, 1974, 1977). Misalnya tukang cat yang merasa takut jatuh dari tempat tinggi (acrophobia). Modeling partisipan dapat digunakan untuk membantu tukang cat tersebut secara bertahap, mengurangi ketakutan pada ketinggian. Dalam modeling partisipan siswa  yang fobia dibantu mempelajari dan menghadapi situasi atau aktivitas yang menakutkan dengan cara memberikan pengalaman yang berhasil (Bandura, 1969).
Penerapan lain dari modeling partisipan terhadap orang-orang yang mengalami kekurangmampuan berperilaku tertentu seperti kurang komunikasi sosial, kurang ketegasan, kurang mampu mengasuh anak, dan kekurangan kebugaran fisik.
Komponen dan langkah-langkah pelaksanaan modeling partisipan, antara lain:
a)      Rasional.
Mengemukakan tentang tujuan dan kegunaan modeling partisipan serta langkah-langkah yang akan di lakukan. Persoalan–persoalan nilai yang dipegang siswa  harus diperhatikan. Sebelum pelaksanaan modeling berlangsung, guru  dan siswa  terlebih dahulu membicarakan tingkah laku-tingkah laku yang akan diubah, agar tidak terjadi salah persepsi dari siswa , sehingga sesuai dengan nilai-nlai yang dianut siswa .
b)      Modeling
Komponen modeling dari modeling partisipan terdiri dari 5 bagian, antara lain:
-        Perilaku sasaran, jika kompleks, terbagi dalam serangkaian bagian tugas (sub tasks),
-        Serangkaian kemampuan yang disusun dalam suatu hirarkhi
-        Para model diseleksi
-        Intruksi diberikan kepada siswa  sebelum demonstrasi model
-        Model mendemonstrasikan masing-masing subtask secara berturut-turut dengan pengulangan yang perlu.
c)      Partisipasi terbimbing. Konselee diberi kesempatan dan bimbingan yang perlu untuk melakukan tingkah laku-tingkah laku model tersebut.
d)     Sukses atau penguatan, pengalaman. Konselee harus mengalami sukses dengan apa yang telah dipelajari

5)      Modeling Tersembunyi
Modeling tersembunyi adalah suatu prosedur di mana siswa  mengimajinasikan suatu model yang memperagakan tingkah laku dengan menggunakan instruksi-instruksi.
Modeling tersembunyi mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
a)      Prosedur itu tidak menghendaki elaborasi therapeutic atau bantuan enduksi.
b)      Adegan-adegan dapat dikembangkan untuk menangani kevariasian masalah.
c)      Adegan itu bisa bersifat individu untuk menyesuaikan dengan urusan-urusan siswa  yang unik.
d)     Siswa  dapat berlatih adegan-adegan imagery sendiri.
e)      Siswa  dapat menggunakan adegan imagery sebagai prosedur mengontrol diri sendiri dalam mengatasi masalah-masalah.
f)       Modeling tersembunyi bisa merupakan alternative yang baik jika model-model sebenarnya atau film tidak bisa.
Aspek-aspek modeling tersembunyi adalah
1)      Rasional  Bantuan
Guru  mengemukakan alasan mengapa modeling tersembunyi dipilih sebagai treatment. Hal ini dilakukan setelah guru  dan siswa  meninjau tingkah laku-tingkah laku yang menjadi masalah dan tingkah laku yang menjadi tujuan modeling. Misalnya, jika masalahnya berhubungan dengan ketrampilan kecerdasan maka diperlukan latihan ulang yang berkali-kali.

2)      Adegan-adegan Latihan
Setelah rasional di kemukakan oleh siswa , guru  menetapkan untuk melakukan uji coba proses pengandaian melalui beberapa adegan latihan. Dalam melakukan adegan latihan biasanya ditempuh dengan enam langkah yaitu:
b)      Guru  menyuruh siswa  menutup matanya, duduk bersandar dikursi dan relaks. Siswa  disuruh memberitahu guru  bila ia telah merasa relaks.
c)      Guru  mendiskripsikan adegan latihan dan menyuruh siswa  untuk membayangkan adegan itu dan mengacungkan jari telunjuk jika adegan telah dibayangkan secara benar-benar hidup.
d)     Guru  meminta siswa  untuk membuka mata setelah sdegan bias dibayangkan secara benar-benar hidup, dan siswa  disuruh mendiskripsikan adegan itu atau menceritakan kejadian-kejadian yang dibayangkan itu.
e)      Guru  menggali untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci tentang adegan itu.
f)       Guru  dapat menyarankan hal-hal lain untuk ditambahkan sebagai bahan imaginasi siswa  selama latihan itu.
g)      Biasanya setiap adegan latihan dipresentasikan beberapa kali.
3)      Mengembangkan Adegan-adegan Treatment
Adegan-adegan treatment yang digunakan dalam modeling tersembunyi dikembangkan sehubungan dengan siswa  dan pertumbuhan dari tujuan atau hasil yang diinginkan oleh siswa .
4)      Mempraktekkan Adegan Bantuan
Langkah-langkah dalam menggunakan treatment ini meliputi:
a)      Menyusun adegan-adegan secara berurutan, dimulai dari adegan paling mudah bagi siswa  untuk membayangkannya. Urutan-urutan adegan tersebut hendaknya ditetapkan oleh siswa  sendiri.
b)      Memberi instruksi kepada siswa  sebelum presentasi. Instruksi tersebut dapat berupa permintaan guru  kepada siswa  untuk mengacungkan jari jika adegan telah dipahami dengan jelas, dan permintaan guru  untuk melakukan adegan membayangkan sampai guru  memberi tanda untuk berhenti.
c)      Mempresentasikan satu adegan salah dari urutan adegan yang dilakukan.
d)     Mempresentasikan satu adegan untuk waktu tertentu.
e)      Memperoleh reaksi siswa  terhadap adegan imaginasi. 
5)      Pekerjaan Rumah dan Tindak Lanjut
Guru  mengarahkan siswa  untuk mempraktekkan atau menerapkan adegan-adegan dalam setiap prosedur diluar sesion interaksi PBM dalam bentuk pekerjaan rumah.

6)       Modeling kognitif
Modeling kognitif adalah suatu prosedur dimana guru  menunjukkan seseorang tentang apa yang dikatakan pada dirinya sendiri sewaktu orang itu melakukan suatu tugas.Melalui modeling ini dapat dikembangkan dan diperbaiki berbagai kekurangterampilan seperti keterampilan sosial, keterampilan wawancara pekerjaan, ketegasan dan sebagainya.
Langkah-langkah pelaksanaan modeling kognitif, yaitu:
a.       Rasional Treatment
Dalam awal kegiatan modeling kognitif ini hendaknya dikemukakan alasan mengapa guru  menggunakan strategi ini, menjelaskan secara singkat proses kegiatan yang akan dilakukan, dan mencek seberapa besar keinginan siswa  menggunakan strategi modeling kognitif ini.

b.      Model tugas dan verbalisasi diri
Dalam tahap ini dilakukan hal-hal berikut: (1) guru  menginstruksikan siswa  untuk mendengarkan apa yang dikatakan guru , (2) guru  melakukan modeling seperti verbalisasi bimbingan diri sendiri dengan keras, (3) bimbingan diri yang didemonstrasikan guru  itu meliputi lima komponen. Pertanyaan tentang tuntutan-tuntutan dari tugas, menjawab pertanyaan melalui rencana yang akan dikerjakan, memusatkan perhatian pada tugas-tugas dan bimbingan diri selama bertugas, menangani evaluasi diri jika perlu memperbaiki kesalahan, dan penguatan diri sendiri bagi penyelesaian tugas.
c.       Bimbingan eksternal yang terlihat
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi: (1) guru  menginstruksikan siswa  untuk melakukan tugas dan guru  melatih atau membimbingnya, (2) siswa  melaksanakan tugas, sedangkan guru  melatihnya dengan verbalisasi bimbingan diri sendiri, verbalisasi itu meliputi yaitu: pertanyaan tentang tugas, menjawab pertanyaan,evaluasi dan memberi penguatan
d.      Bimbingan diri secara terlihat
Guru  menginstruksikan siswa  untuk melakukan tugas dan memberi instruksi diri sendiri dengan keras. Sedangkan siswa  melakukan tugas sambil secara simultan (berkelanjutan) mengucapkan keras-keras proses pengembangan diri.
e.       Memudarkan bimbingan diri yang terlihat
Guru  menginstruksikan pada siswa  bagaimana melaksanakan tugas dengan berbisik-bisik. Sedangkan siswa  melakukan tugas dan berbisik-bisik secara simultan.
f.       Bimbingan diri secara tersembunyi
Guru  meminta siswa  untuk menginstruksikan dirinya sendiri dalam melakukan tugas kemudia siswa  mendiskripsikan instruksi – instruksi tersembunyi terebut.
g.      Pekerjaan rumah
Guru  menginstruksikan siswa  melaksanakan pekerjaan rumah, meliputi apa yang dikerjakan, seberapa sering tugas itu dikerjakan, kapan dan dimana melakukannya, serta cara melakukan monitoring diri selama mengerjakan pekerjan rumah.

6.      Tahap Belajar Melalui Modeling
Ada empat tahap belajar melalui pengamatan perilaku orang lain (modeling), yang dapat dideskripsikan, sebagai berikut (Woolfolk, 1995):
a         Tahap perhatian (atensi)
Dalam belajar melalui pengamatan, seseorang harus memberi perhatian atau atensi pada suatu model. Hal ini sesuai dengan pendapat Gredler (1994) yang menyatakan bahwa perilaku yang baru tidak bisa diperoleh kecuali jika perilaku tersebut diperhatikan dan dipersepsi secara cermat. Pada dasarnya proses perhatian (atensi) ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ciri-ciri dari perilaku yang diamati dan ciri-ciri dari pengamat. Ciri-ciri perilaku yang mempengaruhi atensi adalah kompleksitasnya dan relevansinya. Sedangkan ciri pengamat yang berpengaruh pada proses atensi adalah keterampilan mengamati, motivasi, pengalaman sebelumnya dan kapasitas sensori. 
b        Tahap retensi
Belajar melalui pengamatan terjadi bedasarkan kontinuitas. Dua kejadian yang diperlukan terjadi berulang kali adalah perhatian pada penampilan model dan penyajian simbolok dari penampilan itu dalam memori jangka panjang. Jadi untuk dapat meniru perilaku suatu model, seseorang harus mengingat perilaku yang diamati.
Menurut Bandura (dalam Dahar, 1989) peranan kata-kata, nama, atau bayangan yang kuat dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang dimodelkan sangat penting dalam mempelajari dan mengingat perilaku. Karena pada dasarnya dalam tahap ini, terjadi pengkodean perilaku secara simbolik menjadi kode-kode visual dan verbal serta penyimpanan kode-kode tersebut dalam memori jangka panjang. Sehingga pada tahap ini terjadi proses kognitif dari pengamat untuk memperoleh gambaran perilaku yang diamati.
c         Tahap reproduksi
Pada tahap ini model dapat melihat apakah komponen-komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai oleh pengamat. Agar seseorang dapat mereproduksi perilaku model dengan lancar dan mahir, diperlukan latihan berulang kali, dan umpan balik terhadap perilaku yang ditiru. Umpan balik sesegera mungkin terhadap aspek-aspek yang salah menghindarkan perilaku keliru tersebut berkembang menjadi          kebiasaan yang tidak diinginkan.
d        Tahap motivasi dan penguatan
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui pengamatan. Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh penguatan pada saat meniru tindakan suatu model, maka ia akan lebih termotivasi untuk menaruh perhatian, mengingat dan memproduksi perilaku tersebut. Di samping itu, penguatan penting dalam mempertahankan pembelajaran.

7.      Aplikasi Dalam Bentuk Contoh
Model untuk mengembangkan minat siswa pada buku-buku sastra dalam Bahasa Inggris. Guru tersebut duduk di kelas membaca buku yang menarik ketika siswa masuk kelas. Kadang-kadang guru tersebut tertawa, tersenyum, tertawa terbahak-bahak, cemberut, atau  tingkah laku yang membuat orang tertarik untuk membaca. Guru me-reinforced (memperkuat) minat siswa dengan nengatakan pada siswa tentang buku yang sedang dibacanya dan sedikit membacakan beberapa kalimat yang menarik dan lucu. Dia (guru) juga menyuruh siswa untuk menceritakan tentang buku yang pernah dibaca baru-baru ini. Guru bahasa inggris ini tidak hanya berbicara tentang senangnya membaca buku, tetapi mendemonstrasikan kesenangannya itu dimuka kelas.



8.      Kelebihan dan Kekurangan Teknik Modeling.
Kelebihan:
a)      Teknik modeling mampu mengubah tingkah laku siswa  dengan cara belajar langsung mengobservasi tingkah laku orang lain melalui model.
b)      Teknik modeling memudahkan siswa  dalam pembentukan tingkah laku yang diharapkan melalui umpan balik yang positif dari tingkah laku model.
c)      Siswa  lebih mudah mempelajari tingkah laku baru dari model
Kekurangan
·         Pada modeling langsung kekurangan paling pokok adalah tingkah laku model tidak dapat dikontrol atau diulang.
·         Ketidaksesuaian karakteristik dan permasalahan yang dihadapi siswa  menghambat proses interaksi PBM.

9.      Simpulan
Strategi modeling adalah suatu strategi yang menggunakan proses belajar melalui pengamatan terhadap model dan perubahan perilaku yang terjadi karena peniruan. Tujuannya adalah untuk memperoleh perilaku baru melalui hidup maupun model simbolis. Manfaatnya adalah mencegah responsi rasa takut.














3 comments for "Pendekatan Modeling dalam KBM"

  1. Assalamu alaikum, thanks untuk postingannya..kebetulan saya sedang mengadakan penelitian terkait modeling yakni terkait modeling kognitif??kalau boleh adakah referensi terkait modeling kognitif yang bapak ketahui.terima kasih

    ReplyDelete
  2. Pak mau tanya ini nama bukunya apa ya

    ReplyDelete
  3. Terima kasih sukses sll. Barokaj

    ReplyDelete

Komentar/ informasi anda sangat kami butuhkan