Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tan Pangantanan Tahun 2016

Tan Pangantanan Tahun 2016






Tan-pangantanan atau yang dikenal dengan Dhe’ nondhe’ ni’ nang merupakan suatu tradisi permainan yang berlangsung di masa silam saat musim panen usai.
Sanggar Kembara Sumenep menyebutkan, bahwa dari catatan sejarah dan tafsir atas syair Dhe’ Nondhe’ Ni’ Nang adalah tradisi yang diperkirakan berlangsung sejak tahun 1574.
Sebuah permainan yang melibatkan sekelompok anak laki-laki dan perempuan. Kelompok tersebut terbagi menjadi pihak pengantin perempuan dan pegantin pria. Ke dua kelompok tersebut bersepakat untuk bertemu di suatu tempat.
Mereka berhias dengan mempergunakan aneka bunga alami untuk mempercantik diri. Pengantin dihias dengan berbagai aksesoris supaya tampil menarik, diantranya rumbai terbuat dari roncean bunga melati yang dikalungkan di leher. Serta dilengkapi dengan sumping daun kamboja, gelang kaki, dan barang bawaan lain yang dibawa pengiring.
Kostum yang dipergunakan kain panjang (samper palekat) yang dililitkan ke tubuh masing-masing pengantin sebatas dada.
Mereka menggunakan make up (beddha’ temmo) terbuat dari tumbukan beras dan kunyit.  Bunga melati, untaian yang menghias kedua pengantin kecil.
Di kepala mereka bertengger mahkota yang dirangkai dari rajutan daun nangka, dan ronce bunga melati.
Kedua pengantin selesai berhias mereka bersama pengiringnya bertemu di suatu tempat lalu diarak keliling kampung dengan melantunkan lagu Dhe’ nondhe’ ne’ nang.
Lagu yang sarat pesan moral dan nilai-nilai nilai spiritual.
Syair Dhe’ Nondhe’ Ni’ Nang merupakan untaian syair yang memiliki makna historis dan nilai filosofis.
Secara historis syair tersebut mengisahkan  tentang Pemerintahan Pangeran di Sumenep pada abad XVI.
Makna  filosofis dalam syair dhe’ nondhe’ ne’ nang merupakan sebuah ungkapan simbolis yang berasal dari kata dhu’nondhu’ yang bermakna merunduk.
Suatu perlambang yang menyatakan tunduk kepada “Bapa’, babu’, guru, rato” . Sebuah tata-krama untuk hormat kepada orang tua, guru, dan pemimpin pemerintahan (rato).
Pembangkangan terhadap tatakrama tersebut maka akan tersisih dari masyarakatnya (Mon ta’nondhe’ jaga jaggur).
Nilai-nilai yang meliputi nilai pendidikan, antara lain: Keimanan dan ketaqwaan dalam kalimat La – sayumla haeto lilla Ya amrasul kalimas topa’.
Nilai yang mengajarkan kepasrahan kepada  Allah dan Rasulullah, dalam Iman dan islam. Sikap untuk selalu bersabar dalam menerima kenyataan dengan selalu berpegang kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dhe’nondhe’ni’nang juga mengisyaratkan kerukunan. Sepasang pengantin pasangan hidup yang dibimbing oleh pengiring dan mengikuti pesan pengiring.
Dalam hubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di dalamnya mengandung makna kerukunan, disimbolkan dengan banyaknya pengiring yang berbeda perangai tetapi tetap pada satu tujuan yang sama mengiring penganten.
Permainan tradisi tan-pengantanan juga mengajarkan nilai tatakrama kepatuhan anak kepada orang tua, kepatuhan rakyat kepada pemimpinanya. Tradisi yang mengajarkan pula kesayangan pemimpin kepada rakyatnya. Sebuah hubungan saling hormat-menghormati dan saling menghargai.
Sebuah permainan yang selalu dilakukan bersama-sama, tradisi yang mengajarkan hidup bersama, gotong royong. Saling ketergantungan antara sesama makhluk Tuhan. Kenyataan diri yang lemah sehingga butuh bantuan oranglain dalam hidup bersama.
Dhe’nondhe’ ne’nang sepeti tradisi permainan lainnya, bukan hanya sekedar permainan yang menghibur, tetapi di dalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan yang memulyakan hidup bersama. Hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa.
Minggu (27/11/2016) siang, berkat kerjasama PortalMadura.Com, Sanggar Kembara dan Disbudparpora Sumenep, berusaha menampilkan hal tersebut dalam kegiatan “Parade Saronen dan Festival Tan-pangantanan” yang melibatkan 17 group dari siswa sekolah dasar (SD).
Dewan juri telah menetapkan juara Festival Tan-pangantanan (Dhe’ Nondhe’ Ni’ Nang) tingkat sekolah dasar (SD) yang diselenggarakan berkat kerjasama PortalMadura.Com, Sanggar Kembara dan Disbudparpora, Sumenep, Minggu (27/11/2016).
Berikut para juara yang diterima Redaksi PortalMadura.Com dari dewan juri :
Juara I   : SDN Bangselok I (nomor undi 06)
Juara II  : SDN Kebunan I (nomor undi 04)
Juara III : SDN Pajagalan II (nomor undi 01)
Harapan I : SDN Lenteng Timur I (nomor undi 18)
Harapan II : SDN Batuan I (nomor undi 10)
Para pemenang akan mendapatkan tropi, sertifikat dan uang pembinaan.
(sumber: Portal Madura)

1 comment for "Tan Pangantanan Tahun 2016"

  1. Wah keren nih acaranya untuk mendukung dan memasyarakatkan budaya Indonesia

    ReplyDelete

Komentar/ informasi anda sangat kami butuhkan